THS-THM Gereja Fransiskus Asisi BTN Kolhua Tampilkan Drama Penyaliban

GONG ASPIRASI RAKYAT.COM, KUPANG - Pemuda-Pemudi Gereja Katolik Paroki Santu Fransiskus Asisi BTN Kolhua Kupang, yang tergabung dalam kelompok Tunggal Hati Seminari (THS) dan Tunggal Hati Maria (THM), melakukan Drama Bala Penyalipan Tuhan Yesus Kritus dalam Karya Penebusan Dosa Umat Manusia, pada hari Jumat Agung, Tanggal 29 Maret 2024, di halaman Gereja Santu Fransiskus Asisi, dihadiri ribuan umat Katolik.

“Salibkanlah Dia !, Salibkanlah Dia !, biarkan darahNYA ditanggung oleh kami dan anak cucu kami !, Salibkanlah Dia !!!, dan Dia harus dihukum mati !!!,” teriakan keras para Serdadu Romawi terdengar bergaung-gaung membuat para umat haru dan sedih bahkan ada yang menangis melihat tingkah laku para serdadu yang mencambuki Yesus tanpa ampun disertai cacian dan hinaan kejam.

Yesuspun lalu digeret kasar sambil memikul Salib yang berat, dan dengan tubuh tampak berdarah, Dia dipaksa berjalan terseok-seok menuju bukit Golgota.

Diperjalanan berdarah itu, Dia berjumpah dengan Ibundanya Maria, dan walaupun dihadang oleh para serdadu, Bunda Maria tetap berusaha mendekati Yesus untuk memberikan penguatan pada anak Terkasihnya itu. Jatuh bangun Yesus berjalan memanggul Salibnya sementara Ibunda Maria setia mengikuti perjalanan Salib itu dengan Doa dan Airmata melihat derita anaknya Yesus.

Melihat kondisi Yesus semakin goyah dan lemah, para serdadupun memaksa seorang bernama simon dari Sirene untuk membantu memanggul Salib Yesus. Dengan rela dan tulus, Simon dari Sirene menerima Salib tersebut dan dipikulnya.

Dan tak berapa lama kemudian, Salib yang dipikul Oleh Simon, diambil oleh serdadu dan diberikan kembali kepada Yesus. Dengan lemas, Yesus kembali memanggul Salib yang berat itu menuju Bukit Golgota.

Diperjalanan yang penuh derita dan darah tersebut, Yesus berjumpah dengan para wanita-wanita Yerusalem yang menangis sedih melihat penderitaanNYA, namun Yesuspun berhenti sejenak dan menghibur mereka sambil berkata "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu !”, lalu Yesus pun berjalan terus menuju bukit Golgota.

Setibanya di bukit Golgota, Tubuhnya dipaku pada Kayu Salib dan ditanam di puncak Bukit Golgota, diantara dua orang penjahat. Salah seorang penjahat di sebelah kirinya berkata kepada Yesus: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!".

Sedangkan salah seorang penjahat yang berada di sebelah kananNYA berkata kepada Yesus "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja". Saai itu juga Yeuspun berkata kepada penjahat di sebelah kanannya itu : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, hari ini juga Engkau berada bersama Aku di surga"

Dan setelah itu selang 3 jam lamanya, Yesus bergulat dengan maut di tiang Salib itu. DiriNYA merasa amat haus namun para serdadu membasah bunga karang dengan asam lalu dicucukkan ke lidah Yesus yang kehausan itu. Dan karena sudah sangat lemas, Yeuspun berkata lantang kepada Allah Bapa “Ya Bapa, mengapa engkau meninggalkan daku?”, saat itu tampak langit mulai gelap dan kilat petir tampak berkilauan.

Lalu dengan sisa tenaga yang ada, Yeus pun menyerahkan nyawanya kepada Allah Bapa dengan berkata lantang “Sudah Selesai”. Setelah selesai berkata demikian, Yeus pun Wafat di kayu salib tersebut. Terlihat langit semakin pekat, Guntur kilat berkilau-kilau, tanah terbelah dan para serdadu itu berlarian ketakuatan sambil berkata-kata “Memang benar dia adalah anak Allah Yang Maha Tinggi”.

Pada akhir kisah ini, seluruh umat yang hadir berlutut dan terlihat banyak yang menangis sedih menghayati kisah sengsara tersebut dengan hati tuluh berlandaskan Iman Katolik.

Itulah penggalan kisah Drama Balada Penyaliban yang diperankan oleh para kawula THS dan THM Paroki Santu Fransiskus Asisi BTN Kolhua Kupang, saat Jumat Agung, 29 Maret 2024.  

Mengakhiri semua rangkaian Balada Jalan Salib ini, Pastor Moferator THS-THM, Romo Tonny, menuraikan nilai-nilai iman yang terkandung dalam kisah tersebut kepada seluruh umat yang hadir.

Romo Tonny, mengatakan, memahami pengalaman penderitaan dalam perspektif iman Kristen, yaitu Penderitaan dan kematian Kristus adalah ketergantungan secara total kepada Allah.

“Salib, adalah lambang kemuliaan bagi umat beragama Kristen karena melalui Salib Yesus Kristus menyelamatkan umat manusia. Salib adalah simbol penderitaan. Dalam konteks ini, Salib dimaknai oleh orang-orang Kristen sebagai sikap kesedian untuk mengikuti Kristus melalui jalan penderitaan,” ungkapnya.

Romo Tonny, menjelaskan lagi, makna derita jalan Salib, yaitu manusia harus mengutamakan kemuliaan Allah dan kebahagiaan sesama dengan mengorbankan diri sendiri, melakukan pertobatan dan perubahan hidup berdasarkan Iman dalam Cinta Kasih kepada Tuhan Allah dan kepada sesama manusia.


 “Dan semoga dengan kisah Balada Penderitaan Yeus di Salib ini, mengantarkan kita berjumpa dengan Allah untuk hidup saling melayani mereka yang sakit, miskin, dan menderita,” tuturnya menutup semua rangkaian kegiatan tersebut. (Gar/Putri)