DINAS PK PROV NTT LAKUKAN KAJIAN BUDAYA “AKA BILAN” DI MALAKA
“Kami bersama Bidang
Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malaka, melibatkan
partisipasi masyarakat dan tokoh adat desa Weoe Kecamatan Wewiku, bertemu dan saling
berdiskusi detail terkait keberadaan dan keberlanjutan Kuliner Tradisional Aka
Bilan, untuk diajukan ke pihak Nasional agar ditetapkan sebagai WBTB Indonesia
dari Malaka,” ucap Th. Lely Un Taolin, SS, yang adalah Ketua Tim Kajian Budaya
dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, yang ditemui di Lokasi
Kegiatan desa Weoe, pada, Sabtu (29/6/2024).
Lelly menjelaskan, Timnya
terdiri dari 7 Orang, didampingi oleh Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Malaka, Firmirna Un Asa bersama stafnya sebanyak 7 orang.
“Yang kami lakukan adalah
perekaman data berupa Video dan Foto, catatan dan tulisan yang terkait dengan empat langkah startegis terkait pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan
pembinaan. Kami membawa Peneliti dari Unwira Kupang, bapak Didimus Dedi Dhosa,MA.
Dari Bidang Kebudayaan Dinas P dan K Provinsi NTT, kami empat orang, yaitu,
saya, ibu Aurora Satarya Bell, S.Pd, bapak Kale Ju Kaja, dan Gideon Sopaba,
sedangkan Tim Perekaman adalah Bapak Petrus yang ditemani Videografernya Nelson
Aleksander,”ucap Lelly.
Lelly mengatakan, keempat
langkah tersebut saling terhubung dan tak dapat dipisahkan. Pencapaian setiap
langkah mendukung langkah-langkah strategis lainnya. Oleh karena itu, penerapan
keempat langkah strategis bukan untuk dilakukan secara berjenjang atau setahap
demi setahap, tapi secara bersamaan. Hanya melalui penerapan serentak, tujuan
UU Pemajuan Kebudayaan atas ‘Masyarakat Indonesia yang Berdaulat secara
Politik, berdikari secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan’ bisa
terwujud.
Pantauan media ini di lokasi, banyak warga hadir di
halaman Rumah Adat Fukun Manek Weoe untuk menyaksikan peragaan pembuatan Akar
Bilan secara Tradisional oleh kaum ibu-ibu.
Bete Maria Sedang Memanggang Adonan Menjadi Aka Bilan |
Terlihat Tim Peneliti yang
juga Dosen pada Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, bapak Didimus Dedi
Dhosa, MA, sedang melakukan tanya jawab detail dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat,
Kepala Desa Weoe, Camat Wewiku dan pelaku budaya, sambil direkam langsung berupa
video dan foto secara detail oleh tim perekaman video dan Foto, yang dipimpin
oleh Nelson Aleksander dari PH LSP Teater Pluss NTT. Dan sehabis diskusi serta
tanya jawab dilanjutkan lagi dengan peragaan pembuatan Aka Bilan oleh kaum ibu-ibu
desa Weoe.
Peneliti dan Dosen Dari Unwira Kupang, Didimus Dedi Dhosa, MA |
CAMAT WEWIKU : AKAR BILAN
PENTING UNTUK DILESTARIKAN
Menurut Camat Wewiku, Yohanes
Klau Seran, S.IP, menjelaskan bahwa Aka Bilan adalah peninggalan ratusan tahun
silam oleh para leluhur orang Malaka, karena itu menjadi layak untuk
dilestarikan agar tidak ditelan zaman.
“Jaman semakin Moderen,
budaya-budaya asing banyak beredar diberbagai media sosial, dan dikutirkan
suatu saat nanti Karya Budaya Akar Bilan ini akan tergerus oleh zaman. Kami
berterimakasih kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT yang sudi
datang melakukan kajian Aka Bilan ini sehingga kedepannya tetap lestari,”Ucap
Camat.
Camat Wewiku, Yonahes Klau Seran, S.IP |
FIRMINA UN ASA : KAMI PUNYA 50 PRAKTISI PELAKU AKA BILAN
Kepala Bidang Kebudayaan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malaka, Firmina Un Asa, S. IP. M.AP,
mengatakan, pihaknya bersama stekholder yang ada di kabupaten Malaka, memiliki
50 orang praktisi pembuat Aka Bilan yang setiap saat siap memberikan bimbingan
kepada kaum muda untuk membuat Aka Bilan agar tetap diketahui makna dan
fungsinya bagi generasi penerus.
“Ada kegiatan-kegiatan
bimbingan yang kami lakukan bersama para
praktisi. Dan bersama Dinas pariwisata dilakukannya Festival Aka Bilan pada
setiap tahun. Walaupun dana kami terbatas, kami terus lakukan bimbingan dan
festival,”ucapnya.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malaka, Firmina Un Asa, S. IP. M.AP |
KEPALA DESA : HASIL KULINER AKA BILAN UNTUK BIAYA PENDIDIKAN
Kepala Desa Weoe, Stefanus
Alfridus Bria, S.Pt, mengatakan, masyarakat Weoe selalu menjual Aka Bilan di
pasar-pasar tradisional yang ada di Malaka. Banyak Masyarakat menyukai dan
membelinya. Hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk membantu ekonomi
hidup keluarga mereka.
Kepala Desa Weoe, Stefanus Alfridus Bria, S.Pt |
ANTONIUS : AKA BILAN MILIKI
NILAI PEMERSATU DAN MENCARI JODOH
Tokoh Adat Weoe, Antonius
Klau Bo’uk (74 Tahun), mengatakan, ketika musim kelaparan melanda masyarakat,
maka mereka secara bersama-sama antar masyarakat tanpa membedakan suku dan
agama, masuk hutan untuk menebang pohon Gewang atau pohon Sagu lalu dikelolah
secara bersama-sama pula untuk dijadikan makanan musim lapar. Dan pada saman
dulu, saat menumbuk serat-serat batang pohon tersebut dilakukan pantun-pantun
antar remaja untuk mencari jodoh.
Tokoh Adat Weoe, Antonius Klau Bo’uk |
DOMINIKA NAMOK : DULU AKA
BILAN MENJADI MAKANAN UTAMA
Pelaku Budaya dan Tokoh Adat
Kaum Ibu desa Weoe, Dominika Namok (67 Tahun), menjelaskan bahwa sejak zaman
dulu makanan Aka Bilan adalah makanan pokok mereka saat masih kecil. Dan setelah
adanya Beras, Jagung, Turis, maka Aka Bilan dijadikan makanan tambahan.
Pelaku Budaya dan Tokoh Adat Kaum Ibu desa Weoe, Dominika Namok |
Untuk diketahui bersama, Aka
Bilan adalah jenis Makanan Tradisional orang Malaka sejak zaman dahulu. Makanan
ini dibuat dari Sari Pati Batang Pohon Gewang atau Pohon Sagu yang disebut
Corypha Gebanga. Isi Sari Pati itu dijadikan adonan kemudian dipanggang dengan
api kayu bakar dalam wajan berbentuk piring bulat dari tanah liat. Setelah
Matang lewat proses panggang maka dijadikan makanan buat keluarga. (Nelson/WNN)